Borneotribun I Mataram - Melihat perkembangan masyarakat di Nusa tenggara barat khususnya di kota Mataram dan Kabupaten Lombok Utara, Plan International lounching program Lets Talk di dula kantor Dinas pendidikan kota mataram, selasa (26/1/21).
Rizky Mahardhika selaku ketua panitia dan penaggungjawab dari Plan International memaparkan tujuan program Lets Talk, dikatakannya tujuan program tersebut yakni untuk menekan tingginya angka pernikahan anak diusia anak khususnya di lombok utara.
Dikatakannya pula, dengan melibatkan dinas-dinas terkait diprovinsi dan kabupaten/kota dengan harapan dapat memberi ruang gerak kepada anak untuk lebih fokus kepada pencapaian kesuksesan dan meraih cita-cita.
"Usia anak masih berpotensi untuk sukses, melanjutkan pendidikan dan meraih cita-citanya. Dengan program ini juga kita bersama-sama memberi pengertian dan melakukan kegiatan kegiatan yang kiranya mampu memberikan edukasi kepada perempuan dan remaja khususnya dan kepada seluruh orang tua pada umumnya," Papar Rizky.
Rizky juga berharap dengan dilaunchingnya program tersebut dan kerjasama yang baik untuk menyerukan agar bagaimana supaya kekerasan dan perkawinan diusia anak bisa di stop atau minimal ditekan supaya tidak terus meningkat di wilayah kita tercinta ini.
Hal senada juga diungkapkan kadis pendidikan kota mataram, H. L Fatwir Uzali yang mengatakan dengan program Lets Talk diharapkan dapat memberikan informasi kepada seluruh masyarakat tentang betapa pentingnya usia produktif ini di pergunakan untuk hal-hal yang bisa meningkatkan kreatifitas ataupun melanjutkan pendidikan, sehingga bisa lebih berguna baik bagi keluarga maupun bagi orang lain.
"Di bidang kesehatan juga perlu diberi kan pengetahuan bahwa diusia Dini beberapa organ reproduksi kita itu belum bisa berfungsi dengan baik sehingga sangat rentan dengan resiko resiko terutama pada saat kehamilan," Ujarnya.
Sementara itu, kasi PPA dinas pemberdayaan perempuan dan anak kota mataram, Hj Rohatul Aini lebih menyorot pada fungsi orang tua, dimana kepada semua orang tua agar harus mampu memberikan pemahaman kepada anak-anaknya, disamping pemahaman yang diberikan kepada anak-anaknya melalui guru di sekolah, karena tidak jarang perkawinan anak ini terjadi akibat orang tua, baik yang disuruh paksa oleh orang tuanya maupun yang orang tuanya bermasalah ( pisah/cerai ).
"Program pencegahan kekerasan terhadap anak dan perempuani ini sudah rutin di lakukan sosialisasi baik disekolah-sekolah maupun ditingkat lingkungan desa berkolaborasi dengan lembaga terkait secara bersama-sama melakukan kegiatan ini dengan harapan kita sama yaitu menekan angka kekerasan terhadap anak dan perempuan serta perwakinan anak," Harapnya. ( Ad )
Editor : Hermanto